Berawal dari sebuah rasa penasaran dan ketertarikan serta ajakan dari beberapa teman untuk lebih menikmati dan mensyukuri keindahan alam dengan cara mendekatinya dan bersabar untuk menggapainya. Butuh waktu, tenaga, dan perjuangan, lalu perasaan lega setelah aku merasakan keindahan alam yang terpapang nyata di depan mata. MasyAllah..
***
Ceritaku berawal dari pendakian menuju Kawah Mt. Ijen 2.368 mdpl Bondowoso Jawa Timur.
Sebuah Jurnal Perjalanan II
Hari itu langit mendung, gelap, berawan nyaris tidak ada sinar matahari dan akhirnya
hujan deraspun datang di sore hari. Air hujan pun bersih kukuh untuk setia turun dari langit
dan membahasi bumi. Tak terasa lamanya hujan hingga waktu menjelang malam yang tiada
hentinya. langitpun terasa gelap, lampu-lampu jalanan mulai menerang. Padahal aku dan teman-teman akan berangkat menuju kawah Mt. Ijen di sore
hari.
Menunggu hujan yang terus menderasi bumi dan isinya membuat aku dan teman teman lainya memutuskan untuk berangkat dengan menggunakan jas hujan, menaiki kendaraan bermotor. bukan nekat tapi jarak kota Bondowoso dengan Jember tidak jauh yang di pikirkan.
Akhirnya kamipun berangkat tepat pukul 16.30 sore hari. Di luar expetasi dan time scedjule yang telah di rencanakan yang awalnya kami akan berngkat sore hari sekitar pukul 14.00 agar supaya sesampainya di base camp tidak terlalu malam dan menikmati perjalanan. Namun, apa daya, kami manusia tidak bisa mengatur waktu yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kehendakNya.
Menunggu hujan yang terus menderasi bumi dan isinya membuat aku dan teman teman lainya memutuskan untuk berangkat dengan menggunakan jas hujan, menaiki kendaraan bermotor. bukan nekat tapi jarak kota Bondowoso dengan Jember tidak jauh yang di pikirkan.
Berangkat 16.30 Sore Hari
Akhirnya kamipun berangkat tepat pukul 16.30 sore hari. Di luar expetasi dan time scedjule yang telah di rencanakan yang awalnya kami akan berngkat sore hari sekitar pukul 14.00 agar supaya sesampainya di base camp tidak terlalu malam dan menikmati perjalanan. Namun, apa daya, kami manusia tidak bisa mengatur waktu yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kehendakNya.
Bertepatan
dengan bulan Desember puncaknya dari musim hujan dan saat itu juga bertepatan libur panjang, kantor pada libur begitupun pendidikan. Kebanyakan dari
mereka menikmati waktu luang untuk sekedar menghabiskannya untuk mengisi
liburan bersama keluarga atau teman dekat.
Bagi teman-teman ku yang terbiasa dengan suasana
pendakian seperti ini mah udah biasa untuk mereka, bagi aku adalah masalah yang extreme, uji nyali, nakutin, dan etc. kaga bisa dijelasin. Karena ini baru kedua kalinya aku mendaki gunung setelah Mt. Bromo.
Bersama teman-teman yang tlah memiliki pengalaman banyak dalam hal pendakian mereka begitu menikmati suasana alam yang sejuk setelah hujan, suasana malam, suasana nyaringnya suara beraneka macam hewan, dalam perjalanan batinku terasa was-was, ini pertama kalinya perjalananan malam di hutan dan jarang sekali kehidupan. Membuat ku takut dan ngeri sesaat, tapi bagi teman-temanku terasa biasa, bagi mereka ini bukanlah apa apa.
Semakin malam dan perjalanan menuju base camp hujan telah redah namun dalam setengah perjalanan kami mendapati sebuah masjid besar kami pun berinisiatif untuk berhenti sejenak dan setelahnya sesaat kami leyeh-leyeh hujanpun datang semakin malam semakin deras..
Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di masjid di tengah perkampungan di tengah hutan yang jauh dari perkotaan, sinyal dari ponsel aku hampir tidak ada jaringan asli! salahku yang saat itu dan kini tetap menggunakan provider yang sinyalnya kurang mancep, sangking jauhnya jarak antara desa dan kota nyaris ketiadaan sinyal bukan hanya aku, temanku lainnya pun sama.
Namun, suasana menjadi hangat dan ramai ketika banyaknya para wisatawan yang datang dan juga berteduh di dalamnya. Suasana menjadi sedikit ramai dan riuh, kebanyakan dari mereka yang akan muncak dan berangkat dini hari ke Kawah Mt. Ijen untuk menikmati suguhan blue fire yang hanya ada dua dunia. Kawah Ijen di Indonesia dan Selandia.
Suasana tempat kami berteduhpun sedikit ramai lagi sesaaat lonceng dari jam dinding masjid bersuara makin kencang dan keras, sayangnya sangking capeknya aku sampai lupa untuk mengabadikan moment itu. 😔
Bersama teman-teman yang tlah memiliki pengalaman banyak dalam hal pendakian mereka begitu menikmati suasana alam yang sejuk setelah hujan, suasana malam, suasana nyaringnya suara beraneka macam hewan, dalam perjalanan batinku terasa was-was, ini pertama kalinya perjalananan malam di hutan dan jarang sekali kehidupan. Membuat ku takut dan ngeri sesaat, tapi bagi teman-temanku terasa biasa, bagi mereka ini bukanlah apa apa.
Semakin malam dan perjalanan menuju base camp hujan telah redah namun dalam setengah perjalanan kami mendapati sebuah masjid besar kami pun berinisiatif untuk berhenti sejenak dan setelahnya sesaat kami leyeh-leyeh hujanpun datang semakin malam semakin deras..
Tengah malam pun datang sekitar pukul 23.00.
Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di masjid di tengah perkampungan di tengah hutan yang jauh dari perkotaan, sinyal dari ponsel aku hampir tidak ada jaringan asli! salahku yang saat itu dan kini tetap menggunakan provider yang sinyalnya kurang mancep, sangking jauhnya jarak antara desa dan kota nyaris ketiadaan sinyal bukan hanya aku, temanku lainnya pun sama.
Namun, suasana menjadi hangat dan ramai ketika banyaknya para wisatawan yang datang dan juga berteduh di dalamnya. Suasana menjadi sedikit ramai dan riuh, kebanyakan dari mereka yang akan muncak dan berangkat dini hari ke Kawah Mt. Ijen untuk menikmati suguhan blue fire yang hanya ada dua dunia. Kawah Ijen di Indonesia dan Selandia.
Suasana tempat kami berteduhpun sedikit ramai lagi sesaaat lonceng dari jam dinding masjid bersuara makin kencang dan keras, sayangnya sangking capeknya aku sampai lupa untuk mengabadikan moment itu. 😔
Semakin malam hujan semakin deras, aku dan teman-teman
memutuskan untuk rebahan dan istirahat sejenak, sambil menikmati canda dan
tawa, menikmati dinginnya hawa hujan, dan menikmati suara derasnya air dari
atap masjid tempat kami berteduh. Salah satu dari kami ada yang berjaga untuk
menjaga barang bawaaan kami. Namun akhirnya tertidur walaupun Cuma sebentar..
00.00 Hujan Pun Berhenti
Satu setengah jam istirahat dan 20 menit perjalanan
menuju basecamp kami melanjutkan perjalanan menuju base camp tempat kami akan
mendirikan tenda. Setelah sampai di basecamp saat itu suasana setelah hujan
rumput terasa basah akibat sisa air hujan yang menggenangi rerumputan basah, satu lagi aku dapat pengalaman dan pelajaran dari temanku untuk mendirikan Tenda. ini pertama kali nya aku memulainya.
Udara tidak berasa dingin menurutku, tidak separah Mt. Bromo saat itu suhu malam hari mencapai 5°. Namun, malam di sini Puncak Ijen dan sekitar tidak begitu dingin 15° C tidak begitu dinginlah Menurutku.
Setelah tenda berdiri kami memulai untuk membersihkan segela macamnya. Rasa lelah dan senang menjadi sebuah kesatuan, candaan teman-teman membuat lelah terasa hilang. Setelah semuanya beres kami bergegagas membeli tiket untuk memasuki kawah ijen.
Saat itu jam menunjukkan 02.00 pagi, bagi teman-teman yang sudah berpengalaman bukanlah waktu yang sangat malam hiking ke Kawah Mt. ijen, jam 2 pagi adalah sebuah keterlambatan untuk melihat blue fire dari Kawah gunung ijen.
Udara tidak berasa dingin menurutku, tidak separah Mt. Bromo saat itu suhu malam hari mencapai 5°. Namun, malam di sini Puncak Ijen dan sekitar tidak begitu dingin 15° C tidak begitu dinginlah Menurutku.
Setelah tenda berdiri kami memulai untuk membersihkan segela macamnya. Rasa lelah dan senang menjadi sebuah kesatuan, candaan teman-teman membuat lelah terasa hilang. Setelah semuanya beres kami bergegagas membeli tiket untuk memasuki kawah ijen.
Saat itu jam menunjukkan 02.00 pagi, bagi teman-teman yang sudah berpengalaman bukanlah waktu yang sangat malam hiking ke Kawah Mt. ijen, jam 2 pagi adalah sebuah keterlambatan untuk melihat blue fire dari Kawah gunung ijen.
Batinku tidak apa karena esensi perjalanan adalah bukanlah puncak melainkan pulang dengan selamat.
Tidak buru-buru maksudnya.
Akhirnya setelah berdiskusi panjang dan istirahat kami
memutuskan untuk berngkat pukul 03.00 dini hari dan dalam perjalanan lumayan
cukup melelahkan bagi aku yang tergolong masih baru dalam hal pendakian.
05.15 Tiba di puncak kawah Mt. Ijen 2.368 Mdpl
By : Hp Pandu |
Perjalanan yang cukup panjang dan menanjak, sedikit landai dan melelahakan, iya karena aku baru pertama kalinya jalan ke gunung yang lumayan ini, lumayan melelahkan tapi bagi teman teman yang telah 2-3 kali ke Ijen mah bukan apa apa hehe kata mereka sambil menikmati perjalanan.
Beberapa langkah menuju Kawah, kami di suguhkan dengan SunRise dari atas tebing. MasyAllah... indah asli. rasa lelah terbayarkan dengan ini. lautan terpapar luas dari atas bukit ini. :)
05.45 Puncak Kawah Mt. Ijen 2.368
Setelah sampai puncak aku gabisa mengepresikan betapa bahagia dan senangnya aku, berhasil. Iya kata teman aku..
Senang yang aku rasa...
Iya aku orang baru yang baru pertama kali hiking ke
gunung yang ke dua setelah Mt. Bromo yang perjalananya masih bukan apa apa dibandingkan Ijen..
Kamipun menikmati suasana kawah dengan ramainya pengunjung dan wisatawan dan beberapa penduduk lokal, kami pun berfoto bersama untuk sekedar bersenang-senang dan menyimpan dalam album camera bahwa kami telah ke Kawah Ijen.
Ber-suafoto ria menjadi esensi dan suatu ketidakketinggalan jaman sekarang ini, bersuafoto menjadi momentum hangat akan kebersamaan bersama teman. maksudnya adalah kami jarang berkumpul lengkap seperti ini..
Kamipun menikmati suasana kawah dengan ramainya pengunjung dan wisatawan dan beberapa penduduk lokal, kami pun berfoto bersama untuk sekedar bersenang-senang dan menyimpan dalam album camera bahwa kami telah ke Kawah Ijen.
Ber-suafoto ria menjadi esensi dan suatu ketidakketinggalan jaman sekarang ini, bersuafoto menjadi momentum hangat akan kebersamaan bersama teman. maksudnya adalah kami jarang berkumpul lengkap seperti ini..
Foto bareng minus 2 orang lagi |
Aku melihat semangat para penambang belerang, para taxi, dan para bapak-bapak yang memiliki kekuatan dan ketangguhan dalam mencari Rezeki..
saat aku turun aku berkesempatan untuk Bercengkrama dengan Bapak Andik , ia adalah sosok penambang belerang yang ia tekuni selama beberapa tahun lalu, yang telah menemani perjalanan saat aku turun bercerita banyak tentang suka duka menjadi penambang belerang di Ijen yang di Hargai Rp. 1.250/Kg, memotivasi aku akan pahit manisnya menjadi penambang belerang, senang ketika banyak wisatawan yang datang hmm aku sedikit sedih ketika mendengarkan part curhatan beliau ketika beliau menjelaskan suka duka menjadi penambang belerang.
saat aku turun aku berkesempatan untuk Bercengkrama dengan Bapak Andik , ia adalah sosok penambang belerang yang ia tekuni selama beberapa tahun lalu, yang telah menemani perjalanan saat aku turun bercerita banyak tentang suka duka menjadi penambang belerang di Ijen yang di Hargai Rp. 1.250/Kg, memotivasi aku akan pahit manisnya menjadi penambang belerang, senang ketika banyak wisatawan yang datang hmm aku sedikit sedih ketika mendengarkan part curhatan beliau ketika beliau menjelaskan suka duka menjadi penambang belerang.
Melihat perjuangan para Pendaki belerang, setelahnya di bawah turun ke bawah yang medan perjalannya tidak semudah yang di bayangkan. betapa lelahnya medan yang di lalui demi sesuap nasi, demi mengais rezeki untuk keluarga.
Melihat senyum bahagia mereka para penambang yang tak memiliki lelah..
juang mereka demi anak dan istri dirumah..
Bisa bayangkan tidak? 1 kali pikul yang di pikul beban belerang adalah 50-80 kg per hari. akupun iseng mencoba mengangkat tapi tak bisa :')
Terima kasih teruntuk Bapak Andik, Mas Zulfi, Pandu, Nuril, Mas Wildan dan Linda serta lain sebagainya.Melihat senyum bahagia mereka para penambang yang tak memiliki lelah..
juang mereka demi anak dan istri dirumah..
Bisa bayangkan tidak? 1 kali pikul yang di pikul beban belerang adalah 50-80 kg per hari. akupun iseng mencoba mengangkat tapi tak bisa :')
Terima Kasih
Jujur, ending dari cerita aku inipun mau di bikin semenarik gimana itu susah karena mewakili perasaan aku senang yang aku rasa, bisa menikmati suguhan Alam, dan yang utama adalah lebih mensyukuri nikmat dari Allah SWT
for this moment
for this time :)
Sebuah Jurnal Perjalanan II Mt. Ijen 2.368 Mdpl
Reviewed by Alfiyah Rachma
on
January 02, 2019
Rating:
No comments: